MOH NURWAHIB, SP.
Media Presentasi PPT larutan elektrolit dan non elektrolit.ppt
A. Larutan
1. Definisi Larutan
Larutan
merupakan sistem homogen yang terdiri dari zat terlarut dan pelarut. Pelarut
yang sering dipakai dalam melarutkan zat terlarut adalah air.
Zat
terlarut memiliki dua sifat berdasarkan perilakunya apabila arus listrik dialirkan.
Sifat pertama, zat terlarut dapat menghantarkan arus listrik, sehingga larutan
yang terbentuk mengalami perubahan kimia dan mampu menghantarkan arus listrik.
Larutan tersebut dinamakan larutan elektrolit.
Sifat
kedua, zat yang apabila dilarutkan ke dalam air tidak dapat menghantarkan arus
listrik dan tidak ada perubahan kimia, sehingga larutan yang terbentuk
dinamakan larutan nonelektrolit.
Semua
larutan anorganik, baik asam, basa, maupun garam memiliki sifat mampu
menghantarkan arus listrik. Sedangkan semua larutan yang berasal dari zat
organik seperti gula tebu, manosa, glukosa, gliserin, etanol, dan urea, tidak
mampu menghantarkan arus listrik.
2. Daya Hantar
Larutan
Air
yang murni tidak akan menghantarkan listrik. Tetapi jika zat yang bersifat
asam, basa, maupun garam telah dilarutkan di dalamnya, larutan yang dihasilkan
akan mampu menghantarkan arus listrik. Secara sederhana, kemampuan suatu
larutan untuk menghantarkan listrik dapat diuji dengan alat uji elektrolit.
Alat uji elektrolit tersebut terdiri
atas
sebuah bejana yang dihubungkan dengan dua buah elektrode. Elektrodeelektrode
tersebut dihubungkan pada saklar dan lampu. Jika larutan elektrolit dimasukkan
ke dalam bejana tersebut, lampu akan menyala. Sedangkan jika larutan
nonelektrolit yang dimasukkan, lampu tidak akan menyala. Arus listrik dalam
larutan elektrolit dihantarkan oleh migrasi partikel-partikel bermuatan.
Selain
ditandai dengan menyalanya lampu, pada larutan elektrolit juga terdapat
perubahan-perubahan kimia yang dapat diamati. Salah satu perubahan tersebut
berupa timbulnya gelembung-gelembung gas, perubahan warna larutan, atau bahkan
terbentuk endapan.
3. Kekuatan Daya
Hantar Larutan
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa arus listrik dalam larutan elektrolit dihantarkan
oleh partikel-partikel bermuatan. Untuk menjelaskan fakta tersebut, Svante
August Arrhenius (1884) mengemukakan teorinya tentang dissosiasi atau
ionisasi
elektrolit. Teori ini menyebutkan bahwa zat elektrolit apabila dilarutkan dalam
air, akan berdissosiasi menjadi atom-atom atau gugus atom yang bermuatan.
Atom-atom atau gugus atom bermuatan tersebut merupakan ion-ion yang
menghantarkan arus dalam elektrolit secara migrasi. Ion-ion tersebut bermuatan
positif (kation) dan bermuatan negatif (anion) serta bergerak menuju elektrode
yang muatannyaberlawanan.
Reaksi
ionisasi atau dissosiasi elektrolit tersebut merupakan reaksi bolak-balik
(reversible). Ionisasi elektrolit dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl–(aq)
Mg2+(aq) + SO4
2–(aq) → MgSO4(aq)
Ca2+(aq) + 2Cl–(aq) → CaCl2(aq)
2Na+(aq) + SO42-
(aq) → Na2SO4(aq)
Oleh
karena larutan harus bersifat netral, besarnya jumlah total muatan-muatan
positif harus sama dengan muatan negatif dalam suatu larutan. Jumlah muatan
yang dibawa oleh sebuah ion besarnya sama dengan valensi ion tersebut.
Berdasarkan
kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik, larutan elektrolit dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
a. Larutan elektrolit kuat, yaitu larutan
yang memiliki daya hantar listrik besar. Larutan elektrolit kuat terionisasi
sempurna di dalam air. Jika diuji dalam penguji elektrolit sederhana, lampu
akan menyala terang. Contoh larutan elektrolit kuat antara lain larutan NaCl,
KOH, H2SO4, dan HCl.
b. Larutan elektrolit lemah, yaitu larutan
yang memiliki daya hantar kecil karena tidak semua zat terionisasi, atau hanya
mengalami ionisasi sebagian. Jika diuji dengan penguji elektrolit sederhana,
lampu akan menyala redup. Contoh larutan elektrolit lemah adalah larutan cuka
dan amonia.
Larutan
nonelektrolit tidak akan terionisasi dalam larutan. Proses ionisasi dipengaruhi
oleh konsentrasi. Untuk membedakan larutan elektrolit dan nonelektrolit, dapat
menggunakan derajat dissosiasi (α). Derajat dissosiasi adalah fraksi molekul
yang benar-benar terdissosiasi. Atau dapat juga merupakan perbandingan mol zat
terionisasi dengan mol zat mula-mula.
Derajat
dissosiasi dapat dinyatakan dengan rumus:
α = (Mol zat ter ionisasi)
(Mol Zat mula mula)
Nilai α dapat
berubah-ubah, antara 0 dan 1, dengan ketentuan sebagai berikut.
α = 1, larutan terdissosiasi sempurna =
elektrolit kuat
0 < α < 1, larutan terdissosiasi
sebagian = elektrolit lemah
α = 0, larutan tidak terdissosiasi =
nonelektrolit
4. Larutan Elektrolit
dan Ikatan Kimia
Kemampuan
untuk menghantarkan arus listrik tidak hanya dimiliki oleh senyawa ionik.
Beberapa senyawa kovalen juga mampu menghantarkan listrik. Meski demikian,
senyawa kovalen dan ionik memiliki beberapa perbedaan dalam menghantarkan arus
listrik.
a. Senyawa ionik
Senyawa
ionik adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara ionik. Ikatan ionik
adalah ikatan yang dihasilkan dari perpindahan elektron dari satu atom ke atom
lain. Satu atom memberikan satu atau lebih dari elektron terluarnya. Atom yang
kehilangan elektron menjadi ion positif (kation) dan atom yang menerima
elektron menjadi ion negative (anion).
Dalam
larutan, senyawa ionik akan terurai sempurna menjadi ionionnya yang bergerak
bebas. Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik. Dalam larutan, senyawa ionik
pada umumnya membentuk larutan elektrolit kuat.
Contoh:
Na+(aq) + Cl–(aq) → NaCl(aq)
Ca2+(aq) + 2OH–(aq) → Ca(OH)2(aq)
2
K+(aq) + SO2- (aq) → K2SO4(aq)
K+(aq) + OH–(aq) → KOH(aq)
b. Senyawa kovalen
Senyawa
kovalen adalah senyawa yang atom-atomnya berikatan secara kovalen. Ikatan
kovalen terjadi akibat penggunaan bersama-sama pasangan elektron oleh dua atom.
Senyawa kovalen nonpolar timbul karena perbedaan elektronegativitas antaratom
yang sangat kecil, bahkan hampir sama. Sementara itu, senyawa kovalen polar
timbul karena perbedaan elektronegativitas yang cukup besar antara dua atom.
Hal
tersebut menyebabkan salah satu atom lebih positif dan yang lain lebih negatif.
Larutan
senyawa kovalen polar mampu menghantarkan arus listrik dengan baik. Hal
tersebut terjadi karena senyawa kovalen polar dalam air akan terdissosiasi
menjadi ion-ionnya.
Contoh:
HCl(aq)
→ H+ (aq)
+ Cl– (aq)
2 H+ (aq) + SO-2
(aq) → H2SO4(aq)
Beberapa
senyawa kovalen polar tidak terdissosiasi sempurna dalam pelarut air sehingga
memiliki kemampuan daya hantar listrik yang rendah. Hal ini karena dalam
pelarut air, hanya sedikit dari zat tersebut yang terdissosiasi membentuk ion.
Contoh:
(NH4)+(aq) +
OH–(aq) → NH3(aq) +
H2O(l )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar